Wednesday, March 4, 2015

Kehidupan ini bagaikan roda di dalam Aswa Medha Parwa

Roda kehidupan akan berputar terus. Pengertian yang akan menjadi kekuatannya, pikiran dan jiwa menjadi sumbunya. Roda itu diikat dan disatukan oleh rasa dan pengindraan. Pusatnya adalah lima unsur besar dan rumah tangga merupakan keliling lingkarannya. Roda kehidupan ini diselubungi oleh cacat-cacat dan kedudukan, menurunkan segala macam penyakit dan bencana. Roda ini dipengaruhi oleh waktu dan tempat. Bergetar dan menderu-deru suaranya, yang tidak lain adalah kerja keras dan latihan-latihan. Siang dan malam merupakan ciri dari perputarannya.dikelilingi oleh panas dan dingin.direkat dan disambung oleh kesenangan dan ketidaksenangan, rasa haus dan lapar merupakan paku-paku yang menancap pada roda itu. Panas dan teduh merupakan lintasannya.
Roda itu dapat digoncangkan meskipun hanya dalam waktu sekejap saja. Diselubungi kepalsuan dan kebodohan. Ia berputar tanpa kesadaran. Panjang lintasan yang ditempuh diukur dengan waktu, tengan bulanan dan bulan. Jalannya itu sungguh tidak teratur, tersentak-sentak melintasi seluruh dunia. Tapa brata dan kebulatan tekad sebagai lumpurnya. Kekuatan nafsu menjadi tenaga pendorongnya. Ia di terangi, oleh egoisme yang besar dan dipertahankan atau dipelihara keutuhan bentuknya oleh sifat-sifatnya. 
Roda itu menjadi teguh terikat, karena cita-citanya atau tujuan terakhirnya belum dapat dicapai. Roda ini terus berputar menyusuri jalan kehancuran dan kedukaaan. Ia penuh dengan berbagai macam kegiatan beserta alat-alat untuk melakukan kegiatan itu dan ia semakin menjadi besar karena semakin meluasnya unsur-unsur yang mengikat. Jalannya goyah karena adanya dorongan-dorongan keinginan dan nafsu kepemilikan. Ia diciptakan oleh beraneka ragam kebodohan. 
Roda itu dijaga oleh perasaan takut dan kebodohan yang diakibatkan oleh salah pengertian. Ia bergerak terus untuk mencari kesenangan dan kegembiraan dan ia hanya memiliki keinginan dan kemarahan. Wujudnya itu memang diawali dengan mahat dan diakhiri dengan unsur-unsur nyata. Ciri-ciri yang paling menonjol adalah adanya produksi dan pengrusakan yang terjadi silih berganti dan terus menerus. Kecepatanya sama dengan kecepatan pikiran dan memang pikiran itulah yang menjadi batas keluasaannya. 
Roda kehidupan ini berkaitan dengan sifat kembar yang saling bertentangan dan tidak memiliki kesadaran. Ia itulah wujud materi alam semesta yang tidak kekal, dan harus ditinggalkan! Itulah yang harus dikendalikan dan dipersingkat jangka perputarannya. Orang bijaksana yang memahami hal ini, semestinya memahami juga awal pergerakan dan penghentiannya. Ia terbebas dari semua kesan-kesan, tidak lagi dipengaruhi sifat kembar yang saling bertentangan, terbebas dari dosa-dosa dan mencapai cita-citanya yang, tertinggi. Dari keempat cara hidup yang sudah disebutkan. Maka kehidupan berumah tangga adalah yang menjadi dasar pertama. 
Apapun juga peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam kehidupan di dunua ini, memang patut ditaati karena ketaatan itu sangat besar manfaatnya. Orang yang sudah melakukan upacara penyucian diri, menepati sumpah dan janji, terlahir di tengah-tengah keluarga atau bangsa yang terhormat, selamanya akan mendapatkan kemuliaan, apalagi sudah mempelajari weda-weda serta menamatkan pelajaran melalui seorang Guru. 
Orang yang baik-baik akan selalu menjukan kesetian kepada isterinya yang pertama, menjalankan tata cara bertingkah laku, mengendalikan indrianya, memilik keyakinan dan menyelenggarakan lima upacara kurban kurban. Ia hanya memakan-makanan yang sudah terlebih dahulu dipersembahkan kehadapan dewa-dewa, atau memakan makanan lebih setelah disuguhkan kepada tamu, melakukan peraturan perturan yang digariskan dalam Weda, menyelenggarakan upacara kurban yang desertai dengan dana punia sesuai dengan kemampuannya, giat bekerja, memperhatikan petunjuk-petunjuk dengan sebaik-baiknya, melakukan tapa brata, tidak banyak berbicara. Orang seperti itulah yang dapat digolongkan sebagai orang yang baik-baik atau sista. 
Orang harus selamanya mengenakan gelang suci di pergelangan tangannya, berpakaian bersih, suka memberi dan mengendalikan diri. Dorongan nafsu harus ditundukan, mengembangkan cinta kasih semesta dan memegang ethika dalam bertingkah laku. Menyediakan air kepada para tamu dan menjadi guru setelah tamat belajar. Orang baik-baik akan menyelenggarakan upacaranya sendiri dan menyempatkan diri untuk hadir dalam upacara orang lain. Ia harus pula memperhatikan kebutuhannya sendiri, cukup memberikan hiburan kepada dirinya sendiri. Itulah perbuatan-perbuatan yang menjadi ciri dan pegangan untuk menjadi orang baik. Apabila diperhatikan perbuatan-perbuatan itu terdiri dari enam macam dan tiga dari antaranya, yaitu mengajar, menyelenggarakan upacara untuk orang lain, serta menerima pemberian-pemberian dari mereka yang ikhlas dan berhati bersih adalah merupakan ciri-ciri perbuatan golongan Brahmana. Tiga perbuatan yang lain, yaitu memberikan dana punya, belajar dan melakukan upacara kurban adalah merupakan kewajiban umat manusia semuanya, dan sesungguhnyalah bahwa perbuatan-perbuatan itu akan membawa berkah bagi kehidupan setiap mahluk di alam semesta. Melakukan tapa-brata, mengendalikan diri, memancarkan cinta kasih kepada sesama mahluk hidup, memberi maaf dan pengampunan, memandang semua mahluk memiliki derajat yang sama, itu semua adalah merupakan tugas  manusia dari semua golongan dan tingkatan. Brahmana bijaksana, yang menempuh kehidupan berumah tangga menepati semua sumpah dan janjinya, selalu memuja dengan ketulusan hatinya, serta menunaikan tugas-tugas yang menjadi tanggunannya, pastilah akan berhasil mencapai kedudukanya di alam surga.

No comments:

Post a Comment